Desember 10, 2009

Mozaik Mimpi


Mimpi Kecil..

Aku tidak terlalu banyak menyimpan kenangan-kenangan masa lalu ketika kecilku, namun ada satu mozaik ingatanku di masa itu yang selalu ku ingat, bukan kenangan yang ceria, ataupun kenangan ketika ku berlari-lari di sebuah taman kecil,bukan pula tangisan ku yang meraung ..

Saat itu pak tua menghampiriku yang tengah asiik menyandar di sofa ruang tengah

“ ri, ayo dong kamu mandi, kita mau nganter ibu,nanti sambil nunggu, kita jalan-jalan ke senayan, disana lagi ada sirkus, kmu mau ga liat gajah sama teman-temanya ? “

“maauuuuu maauuuu pak tua,asiiiiikkk bener yaah ?”

“iya,makanya kamu cepet mandinya yah ?”

Aku yang tengah asiik dengan daster ibu kesayanganku seolah lupa akan teman khayalan ku yang tengah asiik ku ciumi, dengan senyum yang lebar aku yang setengah bugil berlari lari kecil menuju kamar mandi, sambil membayangkan betapa serunya para binatang binatang sirkus itu nanti menghibur pengunjung, aaah pasti akan sangat menyenangkan pikirku dalam harap.

Tidak lama berselang, pak tua terlihat begitu gagah di balut dengan batik kesayangannya. Seperti biasa, ia tidak terlalu banyak bicara,hanya senyum kecilnya menuntun kami untuk segera bersiap,dan berangkat.

Entah mengapa, hari itu begitu cerah bagiku, di perjalanan tak hentihentinya aku bertanya-tanya, berloncattan di dalam mobil carry putih kami dan kemudian menghayal bagaimana jadinya nanti melihat para hewan hewan itu diatur sang pawang untuk menaiki bola, meloncati lingkaran api, dan semua atraksi yang pasti akan mendebarkan bagi seorang bocah 5 tahun.

Tanpa sadar aku yang telah tertidur lelap,tiba-tiba sedikit terbangun, ketika si ibu telah turun di sebuah ruko ruko,ia mencium keningku, aku yang tak kuat menahan kantukpun kemudian terlelap lagi dalam mimpi mimpi kecilku akan sirkus yang mendebarkan.,dan carry butut kami pergi meninggalkan ruko-ruko itu menuju senayan.

Tidak lama berselang aku sedikit terbangun kembali,ketika pak tua menitipkan aku kepada kakakku, dan pergi meninggalkan mobil, berjalan menuju tenda-tenda besaar bergambarkan kepala singa yang sedang mengauung dengan gagahnya, begitu banyak mobil-mobil caravan terparkir rapih, orang-orang berlalu lalang, dan tawa-tawa para bocah seumuranku yang berlari-lari kecil memasuki tenda-tenda itu terdengar jelas di telingaku,dengan balon-balon yang begitu menggoda warna-warninya di mataku.

“ pak tua mau kemana aa ?” tanyaku

“pak tua mau beli tiketnya dulu yah ri, kita disuruh nunggu disini dulu ri, ,nanti kalo sudah baru pak tua menjemput kita”

“iya a’, tapi jadikan nanti nonton sircusnya ?”

“iya,pak tuakan sudah janji sama kamu”

“iya,yaudah nanti bangunin ori yah kalo pak tua udah dating a’, ori ngantuk”

“iyah ori tidur aja dulu, pak tua juga masih ngantri, banyak yang mau nonton sirkus juga soalnya ri, rame bangeet.”

Dan akupun tidak mencoba membuat percakapan lagi, memejamkan kedua mata ku, namun tidak terlelap dalam mimpiku lagi, mungkin karena begitu bersemangatnya aku jadi tak bisa tidur di dalam pejaman mataku, mungkin kalo orang bilang aku tidur ayam-ayaman saat itu, dan aku hanya kembali menghayal, begitu antusias tentang sirkus dan hewan-hewan yang sudah begitu dekat dengan ku.

… … … …

“ a, pak tua ga bawa uang lebih lagi a, ibu ga ngasih tadi, uangnya ga cukup buat kita nonton bertiga ?”

“yaah,pak tua, gimana nanti bilang sama orinya ? aa udah bilang pak tua lagi beli ticketnya tdi.”

Wajah pak tua begitu miris menatapku yang tertidur di jok belakang. Jelas, sangat jelas ia melihatku begitu lama, seperti ada yang bergejolak di dalam kepalanya,masih gagah memang pak tua dengan batiknya yang begitu memukau, namun kerut di kelopak matanya sudah cukup memberitahuku akan kesedihannya, pak tua memang tak pernah berbicara banyak tentang isi hatinya.

Dan kemudian..

Hening sejenak..

Tetaap hening..

Hanya riuh tapak kaki kecil yang berlarian terdengar bagai backsound yang menyenangkan

Memecah sunyi yang berkelebat diantara kami

Tepuk tepuk dan sorak sorai dari dalam tenda besar itu menggema hingga pakiran

Wajah pak tua begitu miris menatapku yang tertidur di jok belakang

Dan kemudian pak tua bertatap mata dengan aa, mereka saling pandang.

… … … …

Tapi perbincangan pak tua dan aa tetap sangat jelas dalam kepalaku

… … … …

“Aku mimpi, aku cuman mimpi, pak tua ga pernah ngajak aku nntn sirkus ko, aku mimpi tadi,sudah jangan menangis, nanti pak tua sedih”

“orii pinteer, jangan nangis yaah ori “

Bisik bisik itu tiba-tiba datang menemani sesak ku yang menahan beban di dada dan kedua mataku yang terpejam.

bisik bisik itu yang selalu menguatkanku setiap kebohongan pak tua datang, bisik bisik teman khayalanku ku pikir.

“iya nyut-nyut, ori ga nangis, tapi ori sedih nyut-nyut, pak tua bohong lagi, ori pengen megang balon, di gandeng pak tua nonton sirkus”

“ori sayaang, nanti kita main aja di rumah, tadikan ori ninggalin nyut-nyut sendirian, paktua ga bohong ori,tapi belum waktunya”

“bohoong, pak tua ga sayang ori nyut-nyut, pak tua kemarin udah bohong, sekarang pak tua bohong lagi..”

“pak tua sayang sama ori, kan ori denger sendiri, pak tua ga ada uang ori,bukan salah pak tua”

“siapa yang salah kalo gitu nyut-nyut ??”

“nanti ori akan ngerti kalo ori udah besar”

… … … …

Aku tengkurap, mata bocah kecilku menempel diatas jok mobil yang tanpa kusadari tengah berjalan meninggalkan arena sirkus itu.

Aku terlalu sibuk dengan perbincangan di hatiku tadi,sampai mobil kemudian berhenti di sebuah lapangan tugu monas yang begitu megah.

“ orriii ayoo banguuun, kita main layangan, liat liat itu pak tua beliin layangan”

Cecar aa yang tengah sigap menguncang-guncangkan badanku

“huuuahhhhmm..” aku menguap miris

Tak lama,pak tuapun menghampiriku yang masih berdiri lemas di samping mobil kami.

“orri, tadi pak tua udah liat tempat sirkusnya,katanya gajahnya lagi sakiit, jadi hari ini mereka ga mau keluar kandangnya”

Aku menatap pak tua sejenak, sangat jelas, pak tua menungguku bereaksi, seolah telah siap akan segala hal yang mungkin ku jeriitkan, atau siap akan amukkanku yang akan meradang sejadi-jadinya.

Dan mulut bibirkupun terbuka.

“yaaah pak tua, kasian yah gajahnya”

Sekali lagi, pak tua dan aa saling berpandangan, bukan, bukan tatapan miris yang mereka lihatkan, namun pak tua dengan semua wibawa di pundaknya segera menjawab bocah kecil di gendongannya.

“iya,makanya sekarang ori main layangan aja yuk”

“tapi orii mau beli balloon yang banyaaak pak tua ??”

“yaah,kalo di monas ga boleh jualan balon ori”

“kenapa pak tua ?”

“nanti kalo ori beli balon yang banyak, ori terbang lagi ngambil emas yang diatas itu”

“hihihihi,iya yah pak tua, yaudah yuuk main layangan pak tuaa”

“ori bisa nerbanginnya ga, hayooo ?”

“ ori ga bisa pak tua”

“hehehe, yaudah, ori sama aa kesana yah, pegangin layangannya, nanti pak tua yang nerbangin”

“asiiiik, ayo ayo orii,sini kejar aa”

“aaah,tungguin aa”

… … …

Dan kami pun berlari-lari kecil diikutin seutas benang layangan

Layangan kami yang terbang begitu tinggi ditemani siluet matahari terbenam

Aku, pak tua, aa tertawa lepas di sore itu.

Kami makan di temani laying-layang manis yang lantang tertiup angin diatas sana

dan aku begitu lelah untuk terjaga selama perjalanan menjemput ibu,dan kemudian pulang.

… … …

“ori tadi liat balon lepas nyut-nyut di monas”

“kalo tadi ori beli balon, ori ga bisa pulang loh,nanti bensinnya habis”

“iya nyut-nyut”

Hening

Hening

Dan hening

“nyut-nyut,kalo disini ori nangis boleeh ?”

Dengan senyumnya nyut-nyut merangkulku dalam peluknya

“boleeh orii, disini pak tua ga liat kalo ori nangis”

Dan akupun terisak,mataku merah panas tak tertahankan, tampa ragu air mataku perlahan menetes diatas pipis kecilku.

Dan mozaik mozaik itu datang kembali menghampiriku,

Sesak itu kembali menghantam dadaku

Tak kuat

Pipiku kembali basah,

Tapi kini ku terisak dalam nyata

Didalam sebuah kamar kecil yang jauh dari pak tua

Pak tuaa, maafkan aku

Aku kangeeen sekali pelukmu pak tua

Aku rindu denganmu

Tolong jangan pergi sebelum ku bisa berjanji untukmu.


Desember 09, 2009

Dulu..

Dulu saya hanya bisa melihat diri sendiri melalui kaca-kaca.

Dulu saya hanya bisa melihat oranglain dari sebingkai kacamata.

Dulu saya hanya bisa mewarnai hidup dengan bermain dan berlarian.

Dulu saya hanya bisa mendengar nasehat lantangnya tentang masa depan ku.

Kini, semua berubah, bukan , HARUS berubah.

Kau tak lagi lantang, tak lagi menatap tajam, tak lagi banyak berharap.

aku sudah harus bisa,

Bisa, membagi mimpi dalam mimpi kecil , mimpi harapan , dan mimpi'ku..

terimakasih pak Tua , dari sini akan muncul banyak cerita tentang saya.

Tentang mu, tentang waktu, tentang ku.

aku yang menganyamnya di atas batu kokoh. aku yang mengikisnya di dalam air.

Saya Menjalani dan Anda Melihat.